Pancasila adalah falsafah, dasar negara dan ideologi terbuka. Open ideology, living ideology. Bukan dogma yang statis dan menakutkan. Pancasila kita letakkan secara terhormat. Sebagaimana saya katakan, menjadi sumber pencerahan, menjadi sumber inspirasi, dan sekaligus sumber solusi atas masalah-masalah yang hendak kita pecahkan.
[Pidato SBY berjudul “Menata Kembali Kerangka Kehidupan Bernegara Berdasarkan Pancasila” dalam peringatan ke-61 Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2006.]
Nasionalisme yang positif, bukan narrow nationalism, tetap perlu. Andaikan masyarakat global ini sebuah perkampungan dunia, tetap kita memerlukan rumah, rumah sendiri. Rumah itulah nasionalisme kita.
[Pidato SBY berjudul “Menata Kembali Kerangka Kehidupan Bernegara Berdasarkan Pancasila” dalam peringatan ke-61 Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2006.]
...kita menuju ke kesejahteraan bersama, bukan kesejahteraan masing-masing. Oleh karena itu, kapitalisme, terlebih fundamentalisme kapitalisme yang tidak berwajah dan bernafaskan keadilan sosial, tidak akan menghadirkan keadilan yang sejati. Dan itu bukan pilihan bagi bangsa kita.
[Pidato SBY berjudul “Menata Kembali Kerangka Kehidupan Bernegara Berdasarkan Pancasila” dalam peringatan ke-61 Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2006.]
Nasionalisme masa kini adalah membebaskan Indonesia dari kemiskinan dan keterbelakangan. Nasionalisme, kebanggaan kepada bangsa sendiri, harkatnya, martabatnya, kemuliaannya, itu dapat tercapai, Jika bangsa kita tidak lagi banyak yang miskin dan terbelakang. Itulah sesungguhnya salah satu aktualisasi dari nasionalisme masa kini.
[Pidato SBY berjudul “Menata Kembali Kerangka Kehidupan Bernegara Berdasarkan Pancasila” dalam peringatan ke-61 Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2006.]
Pancasila sangat jelas, yang kita bangun adalah kesejahteraan bersama dan keadilan sosial. Tetapi hidup dalam globalisasi yang sarat dengan hukum dan kaidah-kaidah kapitalisme, pasar bebas, pasar terbuka, maka tetaplah kita kokoh, tetaplah kita kuat pada pendirian, bahwa semuanya itu tetap kita abdikan untuk kesejahteraan bersama dan untuk keadilan sosial.
[Pidato SBY berjudul “Menata Kembali Kerangka Kehidupan Bernegara Berdasarkan Pancasila” dalam peringatan ke-61 Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2006.]
Bangsa yang cerdas dalam era globalisasi, bukan bangsa yang terus mengeluh, menyerah, dan marah, tetapi bangsa yang secara cerdas mampu mengalirkan sumber-sumber kesejahteraan yang tersedia di arena global itu. Apakah teknologi, apakah modal, apakah informasi, yang akhirnya kita gunakan dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan kita, meningkatkan kepentingan kita.
[Pidato SBY berjudul “Menata Kembali Kerangka Kehidupan Bernegara Berdasarkan Pancasila” dalam peringatan ke-61 Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2006.]
Diperlukan kecerdasan dan kearifan untuk menolak yang serba ancaman,
mengambil yang serba peluang. Melihat globalisasi, jangan hanya dilihat itu
sebagai ancaman dan keburukan semata. Lihat sisi yang lain, ada kebaikan-kebaikan dan ada keuntungan yang mesti kita alirkan.
[Pidato SBY berjudul “Menata Kembali Kerangka Kehidupan Bernegara Berdasarkan Pancasila” dalam peringatan ke-61 Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2006.]
Marilah Indonesia kita jadikan ladang yang teduh bagi bertemunya anak bangsa yang penuh dengan perbedaan, untuk kita bangun konsensus, melangkah bersama dalam kehidupan yang harmonis dan penuh toleransi. Itulah yang harus kita lakukan ke depan ini.
[Pidato SBY berjudul “Menata Kembali Kerangka Kehidupan Bernegara Berdasarkan Pancasila” dalam peringatan ke-61 Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2006.]
0 komentar:
Post a Comment