Barusan membaca tulisan Soni Farid Maulana ihwal Mohammad Sunjaya yang berjudul “Telefon dari Suyatna Anirun”, yang dimuat di Pikiran Rakyat (1 September 2007).
Belum lama ini ia bersama Jakob Sumardjo memperoleh Anugerah Teater dari Jurusan Teater STSI Bandung. Apa yang saya bayangkan ialah dalam otaknya Kang Yoyon hanya ada teater. Yang dipikirkannya hanya teater, teater, teater! Seluruh tarikan nafasnya seolah diberikan untuk teater.
Ketekunannya melakoni keaktoran di jagat teater, patut diberi penghormatan. Selain karena aktif beliau di Studiklub Teater Bandung (STB), dan kini di Actors Unlimited, ia juga patut dihormati karena memberi inspirasi dan teladan bagi aktor-aktor muda teater. Ia bukan lagi hanya aktor yang dimiliki oleh kota Bandung, malah sudah Jawa Barat dan Indonesia. Kiprah dan pengaruh yang diberikannya, toh tak sebatas geobudaya Bandung.
Saya pernah dengar, bahwa Kang Yoyon sampai harus menggadaikan (menjual) televisinya untuk menutup biaya produksi teater. Cerita ini saya peroleh dari seorang aktor muda, dan kemudian cerita ini menyebar diam-diam. Saya duga beliau tak sadar bahwa ketekunannya menjadi bahan cerita antara peteater. Cerita tersebut bukan sekadar cerita pengisi waktu luang, namun kemudian menjadi inspirai bagi yang lain untuk terus bersemangat menghidupi teater. Memang, cerita ‘kegilaan’-nya pada teater beredar diam-diam, lewat bisik-bisik.
Wajar bila Kang Yoyon mendapat Anugerah Teater. Begitu pula dengan Jakob Sumardjo. Tak ada yang membantah. Sudah seharusnya, mereka mendapatkan penghormatan tersebut. Seharusnya dari dulu. Salut dan hormat untuk MUHAMMAD SUNJAYA dan JAKOB SUMARDJO!
Home »
» Mohamad Sunjaya, Peteater Tulen
0 komentar:
Post a Comment