Bermodal status “orang Karang Taruna 08” serta semangat mengisi waktu luang, kami berempat (gw, tatang, arip, dan ensu) saban minggu keliling kampung cari bunga. Cita-citanya lumayan besar: usaha kembang. Gak tahu siapa yang ngusulin dari awal. Tiba-tiba saja dua minggu kemarin kami rapat malam mingguan menyusun agenda kerja (biar terkesan profesional). Minggu pertama, menyusuri sungai cari bunga liar. Lumayan banyak dapat. Tapi emang yang diangkut lebih banyak tanaman air ketimbang tanaman darat. Trus, di sungai kita lebih banyak liat sampah plastik ketimbang bunga liar. Abis keliling bunga, masih dalam posisi berpuasa, kami lewati kebun paksoi. Dengar2 tanaman ini lumayan laku di pasar-pasar tradisional. Sejak tanam hingga panen hanya butuh waktu 3 minggu. Kebenarannya fifti2, soalnya hanya dengar dari orang lain, belum pernah nanam langsung. Tepat tengah hari, acara keliling sampai di markas alias di bawah pohon muncang (pohon kemiri). Setelah nanam2, doa gak layu diumbar kesana-kemari. Maksudnya biar tanaman liar yang diangkut bisa tumbuh, gak layu, gak mati.
Minggu kedua: pupuk organik
Karena kehabisan ide mau keliling kemana lagi, kami memutuskan untuk membuat pupuk organik. Istikan “organik” membuat sedikit pede, bcoz ada tampilan peduli sama lingkungan. Kenapa pupuk organik? Pertama, karena pupuk cairnya lebih mahal. Dengan kata lain, kami tertarik karena penghasilannya. Kedua, kebetulan saja ada tong pembuat pupuk organiknya. Ini pun minjam.
Awalnya, ngira buat pupuk organik mudah. Ternyata, setelah dipraktekkan lumayan rumit. Rumitnya dalam hal cari sampah untuk dijadiin pupuknya. Cari daun-daun hijau ternyata susah juga di pinggiran kota. Lebih mudah cari sampah plastik ketimbang cari sampah daun. Akhirnya, demi menyelesaikan tugas dan melaksanakan kesepakatan bersama, daun-daun kering dikorbankan untuk percobaan. Gw juga gak tahu apakah daun2 kering bisa dijadikan pupuk organik? Sampai hari ini gak tahu hasilnya. Apakah pupuknya udah ada hasil atau belum.
Iseng-iseng seperti ini memang kadang membuat lebih bersemangat mengerjakannya. Daripada menyusun agenda kerja tapi gak kelar-kelar. Gak tahu nih, hari minggu depan mau ngapain lagi.
0 komentar:
Post a Comment