Home » » Sumbawa, ke desa

Sumbawa, ke desa

Apa yang paling berkesan di Sumbawa? Jawabannya sederhana: desa. Jikalau kita ke desa, apalagi musim hujan, suasana berbeda sekali dengan Sumbawa Besar. Aroma tanah sangat terasa. Tanah kering yang disirami hujan, aromanya berbeda. Menyenangkan. Coba saja ke Langam (atau sekitarnya), wuiih menyegarkan (musim hujan nih). Sejauh mata memandang yang terlihat hanya hijau. Hijau dedaunan, hijau sawah, serta hijaunya rerumputan. Ini beda sekali jikalau musim kemarau tiba. Sejauh mata memandang yang ada hanya kekeringan. Cokelat tanah. Debu. Pepohonan serba kuning melarat.

Apa enaknya ke desa di Sumbawa? Orang-orang desa lebih ramah, lebih welcome. Apalagi bila diketahui kita dari Sumbawa (kota). Hampir setiap rumah mengundang ikut serta makan. Ini bukan basa-basi. Benar-benar tulus. Itu pun tak harus sudah saling kenal. Yang tak dikenal pun dilayani dengan baik, seolah lama kenal.

Di Alas, Seteluk, Taliwang, Jereweh pun masih demikian. Entah sekarang bagaimana. Apakah keramahan seperti itu masih terjadi.Empat wilayah ini terkena dampak ekonomi karena adanya tambang emas yang dikelola Newmount. Setidaknya, ini pasti, ada perubahan gaya hidup dan tradisi di wilayah ini. Peredaran uang yang kencang membuat penduduk wilayah ini dinamis. Mulai senang belanja. Belum ada penelitian tentang perubahan sosial di wilayah ini (sepanjang pengetahuan saya). Terakhir ke Taliwang, penduduknya lebih senang ke Mataram ketimbang ke Sumbawa Besar. Mungkin karena lebih dekat, atau karena Mataram dianggap lebih banyak menyediakan barang belanjaan. By the way, langsung atau tidak langsung, keberadaan Newmount mempengaruhi perkembangan ekonomi di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat (dan sekitarnya). Tak hanya pengaruh ekonomi, pengaruh sosialnya pasti ada. Mulai dari interaksi sosial dengan suku lain, perubahan pandangan hidup, tingkat pendidikan, hiburan, hingga pada mobilitas masyarakatnya.

Kembali lagi ihwal desa. Tak beda seperti di Jawa, pemuda-pemudi desa di Sumbawa banyak yang menempuh pendidikan di Sumbawa Besar. Ini terjadi, tentu saja karena pendidikan setingkat SLTP dan SMA lebih banyak tersedia di kota (kecil)-kota (besar). Sekolah belum begitu merata hingga ke seluruh desa. Di sisi lain, kota-kota ini lebih banyak menyediakan fasilitas umum ketimbang di desa. Akibatnya, perpindahan penduduk dari desa ke kota sangat banyak. Ada pula, urban dari desa ini kemudian lebih betah tinggal di kota ketimbang balik lagi ke desa. Paling balik ke desa bila menghadapi lebaran dan liburan panjang.

1 komentar:

Anonymous said...

yups memang kayaknya lebih enak lebaran di desa..lebih tenang rasanya...tapi aku lebarannya kok di kota yah..hehehe.............