Home » , » Masalah Ujian Akhir Nasional

Masalah Ujian Akhir Nasional

Kabar kelulusan (dan tidak lulus) peserta Ujian Akhir Nasional sudah tersebar. Ada yang lulus dan ada pula yang kecewa karena tidak lulus. Ada yang tidak lulus, kemudian pingsan. ada pula yang histeris tidak siap menerima. yang jelas pikiran mereka benar-benar drop: tidak menyangka gagal ujian nasional. Apa yang salah?

Yang salah jelas pada sistem ujian seperti ini. Bagaimana mungkin menyamakan tingkat ujian apabila fasilitas dan sdm belajar di setiap sekolah tak sama. Bagaimana mungkin menyamakan kualitas sekolah yang berada di kota-kota besar dengan sekolah melarat yang berada di desa terpencil. Jangankan untuk mendapatkan fasilitas yang lengkap, gurunya pun lebih banyak berkorban untuk anak didiknya. Sekolah-sekolah yang ada di pelosok Indonesia sangat memprihatinkan. Fasilitas sekolah seadanya, jauh dari standar minimal sekolah. ada pula sekolah yang dikelola oleh 5 orang, mereka merangkap menjadi guru, kebersihan, kepala sekolah, penjaga sekolah dan lainnya. Kondisi sekolah melarat seperti ini tentu tak bisa dibandingkan dengan sekolah berlabel 'internasional' dan 'standar nasional' yang menumpuk di kota-kota besar.

Satu lagi masalah ujian akhir nasional. Mengapa untuk menentukan kelulusan siswa hanya diukur dari ujian beberapa hari? Untuk apa sekolah 3 tahun apabila kelulusan hanya ditentukan tak kurang dari seminggu. Ironis sekali.

Salah satu efek dari sistem ujian akhir nasional sekarang yakni berkembang biaknya bimbingan belajar. Sekarang semakin banyak lembaga pendidikan yang mendirikan bimbingan belajar bagi siswa untuk menghadapi ujian nasional. Sekolah boleh gratis, tapi tetap saja harus mengeluarkan biaya untuk bimbingan belajar. Parahnya lagi, ada bimbingan belajar yang lebih mahal biayanya ketimbang bayar spp sekolah (sebelum adanya sekolah gratis). Guru dan tenaga sekolah makin susah, bimbingan belajar yang menampung keuntungan. Kalau seperti ini terus, lebih baik mendirikan lembaga bimbingan belajar saja daripada bersusah payah mendirikan sekolah. Peace!



1 komentar:

Anonymous said...

tottaly agree with u...